Sabtu, 30 Oktober 2010

SAAT PERTAMA KE BALI 2

Seorang wanita dengan pakaian adat berkelebat mencuri perhatianku. Langkahnya tabah menyusuri beranda rumah, di tangannya memegang sesuatu –tak persis apa- yang kemudian diletakan di atas kuil kecil. Ritualpun dilakukan: menyalakan dupa dan berdoa. Aku akhirnya mengerti itu adalah sesajen yang dipersembahkan untuk dewa-dewa. Rutinitas wajar dilakukan warga sini. Nyaris seluruh rumah di kemudiannya terdapat hal-hal serupa terpantau mataku yang pasti ditemukan di sepanjang Bali. Hmm.. pemandangan unik tapi jujur sangat indah.

Di bingkai jendela berikutnya kutemukan jejeran bangunan bergilir pamerkan kwalitas: Mall, Supermarket, Bioskop, Restoran, sampai kios-kios kecil bergantian padati tepi jalan. Tapi satu yang buatku heran, dari semua gedung dalam pemandangan tak ada yang persis menjulang tinggi. Kata si Bapak yang menjemput, di Bali tak boleh ada bangunan yang tingginya melebihi batas yang ditentukan. Ada juga yang bilang tak boleh melebihi tinggi pohon kelapa. Ahh.. entah kenapa? Masih banyak yang nantinya harus kumengerti.

Setelah menempuh kira-kira setengah jam perjalanan tiba juga kami di rumah yang ‘kan ditempati selama menetap di sini. Ruang luas di lantai dua dengan tiga tempat tidur terasa cukup untuk kami bertiga sekamar.

Yang tambah bikinku puas, terdapat teras yang sejenak memesonaku. Paparan perumahan Griya Nusa Damai, Jimbaran, indah terlihat dari sana.

Perlu waktu yang panjang untukku bisa menyadari telah berada di kota eksotik, Bali. Dan ini pasti masih awal dari semuanya.

11 jan

-to be continue-